A.
PENDAHULUAN
Australia
merupakan benua yang berdiri dalam satu Negara, artinya satu Negara yang
menempati satu benua tidak seperti di benua Asia, Eropa, Afrika maupun benua
Amerika yang dihuni oleh berbagai bangsa dan Negara. Australia
didominasi penduduk kulit putih keturunan Inggris. Penduduknya terbagi dari
berbagai etnis yaitu Aborigin sebagai penduduk pribumi, Kulit putih keturunan
Eropa, penduduk keturunan Asia baik dari Asia Timur, Asia Tenggara, Asia Barat
maupun dari Asia selatan. Islam mempunyai sejarah yang lama dan beraneka
ragam di Australia.
Islam di Australia merupakan kelompok
agama terbesar keempat, setelah Kristen (64%), Atheis (18,7%),
dan Buddha (2,1%), tidak termasuk 11,2% yang tidak mau menjawab apa keyakinannya.
Menurut sensus 2006, sekitar 340.392 orang atau 1.71% dari penduduk Australia
adalah Muslim. Menjadi komunitas yang ditetapkan berdasarkan identitas keagamaan, masyarakat Muslim
Australia merupakan masyarakat yang paling beragam secara etnis atau secara ras,
dengan anggota dari berbagai latar belakang etnis dan ras.
Bentuk
Negara Australia adalah persemakmuran dengan monarki konstitusional (the
Commonwealth of Australia) kepala negara dipimpin Gubernur Jenderal
mewakili Ratu Inggris dan pemerintahannya berupa sistem parlementer yang
dipimpin seorang perdana menteri.
Australia
adalah salah satu negeri yang paling berhasil merajut sekian banyak budaya
menjadi sebuah masyarakat multibudaya, dibangun di atas landasan demokrasi
parlementer, aturan hukum dan perekonomian pasar. Di dalamnya berinteraksi
lebih dari 140 suku bangsa dam mencakup seluruh bahasa, budaya, adat istiadat,
dan agama terpenting di dunia.
B.
PEMBAHASAN
1.
Sejarah Masuknya Islam di Australia
Sejarah
masuknya Islam ke Australia dimulai dari interaksi pertama kali nelayan yang
berasal dari Sulawesi Selatan (Indonesia) dengan penduduk asli di bagian Utara
Australia (Aborigin) pada sekitar tahun 1600.Nelayan dan pedagang Makassar tiba
dipeisisr utara Australia Barat, Autralia Utara
dan Queensland, orang Makassar berdagang dengan penduduk Asli yaitu Aborigin, dan
mencari teripang. Bukti-buki dari kunjungan awal ini dapat ditemukan pada
kesamaan beberapa kata bahasa Makassar dengan orang Aborigin, perkawinan
antara Penduduk asli dan orang Makassar pernah terjadi dan lokasi pemakaman
orang-orang Makassar ditemukan disekitar pesisir pantai. Tidak banyak jumlah Muslim yang tinggal di Australia saat itu,
sampai pada sekitar tahun 1860 serombongan penggembala onta berasal dari
Afganistan datang ke Australia menambah jumlah Muslim yang tinggal di
Australia. Menurut Prof. Regina Ganter pakar keislaman di Australia dan dosen
Sejarah Universitas Griffith, Kehadiran Islam di Australia terbukti jauh lebih
awal dari tahun 1850-an, seperti yang selama ini menjadi “sejarah resmi”
kedatangan agama Islam, dan eksistensinya tidak dapat dilepaskan dari orang
Indonesia asal Makassar, Sulawesi Selatan. Menurut Dr. Mohamad Abdala Direkur
Unit Kajian Islam Di Universitas Griffith (GIRU) Brisbane,Queensland Australia,
tentang hubungan antara orang-orang Makassar dan masyarakat Aborigin telah
terjadi sejak tahun 1600-an, “Jadi kehadiran Islam di Australia jauh lebih awal.
Setelah
Perang Dunia II, eskalasi kedatangan pengungsi Muslim ke Australia makin
terbuka lebar. Antara 1967 dan 1971, sekitar 10.000 orang Turki tinggal di
Australia di bawah perjanjian antara Australia dan Turki. Ini adalah komunitas
Muslim pertama asal Timur Tengah di Australia. Hampir semua orang pergi ke Melbourne
dan Sydney ketika itu. Dari tahun 1970-an dan seterusnya, ada pergeseran yang
signifikan dalam sikap pemerintah terhadap imigrasi. Pemerintah Australia
menjadi lebih akomodatif dan toleran terhadap perbedaan agama dengan mengadopsi
kebijakan multikulturalisme.
Sehingga agama Islam
memasuki Australia selanjutnya dibawa oleh
kaum imigran Muslim setelah Perang Dunia I dan II. Walaupun umat Islam di
Australia merupakan minoritas, tetapai tersebar ke berbagai negara bagian Benua
Australia. Mereka melakukan berbagai kegiatan yang islami, seperti beribadah,
berdakwah, dan usaha-usaha pendidikan Islam. Hal itu ditandai dengan adanya
masjid-masjid dan organisasi Islam yang bertaraf nasional, yaitu Australian
Federation of Islamic Council. Di negara Federal Australia, kebebasan
beragama dijamin oleh undang-undang, dan juga toleransi antar umat beragama
cukup tinggi.
Dari
tahun ke tahun Muslim di Australia terus bertambah, baik melalui jalur imigrasi
maupun dari pertambahan angka kelahiran di komunitas Muslim. Muslim di
Australia berasal dari berbagai etnis dan bangsa, namun jumlah Muslim terbanyak
berasal dari Libanon kemudian diikuti oleh Turki. Muslim di Australia juga
banyak yang berasal dari Timur Tengah, Asia dan juga Asia Tenggara. Dikarenakan
Muslim di Australia sangat heterogen, hampir semua Muslim membangun komunitas
sesuai dengan etnis masing-masing. Pada masa awal kedatangan Muslim di
Autralia, orang Islam cendrung membentuk perkumpulan dengan semua Muslim
terlepas dari etnis dan asal usul kewarga negaraannya; bond of
Muslim botherhood dikarenakan satu agama sugguh sangat terasa dan
kental. Namun, ketika Muslim semakin bertambah, identitas Muslim kolektif ini
beregeser menjadi identitas individu berdasarkan etnik masing-masing. Seiring
dengan terjadinya pergeseran tersebut, muncullah masjid-masjid berbasis etnis (ethnic
based mosques and community centres) di seantero Australia. Imigran Muslim
yang berasal dari berbagai Negara banyak terpusat di dua kota besar, yaitu
Melbourne dan Sydney. Kota ini menjadi pilihan umat Islam karena Muslim
minoritas lebih mudah mendapatkan lowongan pekerjaan.
2.
Peradaban Islam
Meskipun pada awal abad
kedua puluh, Muslim keturunan non-Eropa sempat mengalami
kesulitan untuk beremigrasi ke Australia karena kebijakan. Dikenal sebagai White
Policy, politisi era itu mengklaim bahwa imigran non-kulit putih akan
menyebabkan ketidakharmonisan sosial.
Namun awal abad
kedua puluh satu, penduduk Muslim lebih dari enam puluh negara telah menetap di
Australia. Sementara jumlah yang sangat besar dari mereka berasal dari Turki,
Bosnia, Lebanon, Indonesia, Iran, Fiji, Albania, Sudan, Mesir, Palestina, Irak,
Afghanistan, Pakistan dan India. Dan pada dasarnya perkembangan
syiar Islam di Australia lebih baik ketimbang di Eropa atau Amerika.
"Mereka tidak mengalami diskriminasi berlebih. Boleh dibilang diterima
dengan baik," papar Ketua PP Muhammadiyah, Prof. Yunahar Ilyas yang sempat
berkunjung ke sejumlah kota di Australia (Republika.co.id, Kamis (15/9)).
Muslim Australia mengoptimalkan bekas bangunan gereja untuk dijadikan pusat
dakwah dan masjid. Sebab tidak mungkin membangun bangunan baru lantaran izinnya
sulit, apalagi izin lingkungan. "Izin lingkungan itu paling berat. Dimana
pun kalau posisi Muslim sebagai minoritas," katanya.
Seiring dengan
bergesernya peta politik dunia, Muslim dipandang skeptis oleh negara-negara
Barat. Muslim pada umumnya sudah menjadi topik pembicaraan dalam berbagai
forum, dan dianggap sebagai “musuh bersama”. Kalau sebelumnya ide komunisme
dianggap sebagai musuh bersama manusia, sekarang Islam dan Muslim seolah-olah
sudah dinobatkan menjadi musuh bersama. Apalagi isu terorisme yang dilakukan
oleh sebagian Muslim dijadikan justifikasi untuk mendeklarasikan bahwa Islam
adalah sebuah kekuatan yang sangat berbahaya bagi kemanusiaan. Isu-isu yang
cendrung menyudutkan Muslim itu menjadi tantangan bagi Muslim yang tinggal di
Negara yang mayoritas bukan Muslim seperti Australia. Oleh karena itu, tidak
diherankan kalau Muslim di Australia mendapatkan perlakuan diskriminatif dari
banyak kelompok dan seolah-olah menjadi momok bagi kedamaiaan dunia.
Akan tetapi hal itu dapat
diselesaikan oleh pemerintah yang menjembatani hubungan antar komunitas Muslim dan
non-Muslim, Pemerintah Australia mengeluarkan
keputusan untuk menata dan memperbaiki kampanye tentang kesalahpahaman
masyarakat Australia mengenai perempuan Muslim, setelah kontroversi di Eropa
tentang pelarang pemakaian jilbab, adapun kampanye akan mencakup bidang
pendidikan Islam.
Menurut"Adelaide
News" Australia memberitakan bahwa Kampanye pendidikan akan ditargetkan
untuk sekolah, pekerja, lembaga-lembaga dan kantor pemerintahan, Pemerintah
telah membentuk sebuah kelompok kerja khusus untuk mengelola kampanye ini
sebagai tanggapan terhadap laporan tentang deskriminasi
terhadap perempuan muslim.
Hisham
Mousthafa, anggota komite eksekutif Islamic Council of Victoria, juga
mengakui adanya berita yang bias tentang Islam dan komunitas Muslim yang
kemudian memunculkan pandangan yang tak bersahabat terhadap Islam. Guna
mengimbangi berita-berita bias tersebut. Komunitas muslim Australia membuat
surat kabar bulanan yang isinya banyak menjelaskan tentang Islam dan sikap umat
Islam terhadap suatu masalah atau peristiwa.
Selain
bercerita tentang kerukunan beragama di Australia, tak
lupa delegasi juga bercerita tentang peran umat islam khususnya perempuan
muslim di Australia. Perkembangan yang terjadi cukup dibanggakan dimana umat
Islam dan perempuan Muslim mulai diterima dan memiliki peran yang cukup
strategis di negara itu.
Seorang
tokoh Muslim, Tamer Galil, mengatakan kehidupan umat Islam di Australia semakin
baik. Umat Islam bisa menjalankan ibadahnya seperti umat pemeluk agama lainnya
tanpa khawatir adanya gangguan dari pihak lain. Menurutnya,
masyarakat beragama di Australia mulai belajar menjaga kerukunan. Sebagai
contoh, sejumlah peristiwa yang dikaitkan dengan Islam, pernah menimbulkan
kecurigaan terhadap komunitas Muslim. Namun, komunitas Muslim di Australia
memberikan penjelasan mengenai posisi Muslim atas peristiwa itu.
Adapun bentu-bentuk peradaban
Islam di Australia di antaranya yaitu:
a.
Pembangunan Masjid
Muslim Australia mempunyai 85 Masjid dan sekitar 50
mushalla. Alan Carpenter menyebut masjid pertama yang dibangun di Australia
berada di Perth, yang didirikan tahun 1905 untuk menampung jamaah Muslim
Afghanistan yang bekerja sebagai penunggang unta untuk mengeksplorasi tanah
yang memiliki sumber daya alam yang di antaranya berupa padang pasir dan Muslim
India yang bekerja sebagai pengusaha. Seiring perkembangan zaman, pendirian
masjid-masjid di Australia pada abad 20 cukup menggembirakan, karena dibuat oleh
arsitek Australia sendiri, seperti Brisbone tahun 1907 didirikan oleh arsitek
Sharif Abosi dan Ismeth Abidin, Tahun 1967 di Quesland didirikan masjid lengkap
dengan Islamic Center di bawah pimpinan Fethi Seit Mecca, Tahun 1970 di
Mareeba diresmikan masjid yang mampu menampung 300 jamaah dengan imam Haji
Abdul Lathif.
Di kota
Sarrey Hill dibangun Masjid Raya Faisal bantuan Saudi Arabia, di
Sidney dibangun masjid dengan biaya 900.000 dollar AS.
Jadi dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan di Australia merupakan hal yang
cukup pesat meskipun pertumbuhan Islam sebatas dari para Imigran, sedangkan
penduduk kulit putih (Eropa) belum secara signifikan menganut Agama Islam, masih
adanya pandangan di kalangan penduduk kulit putih Australia sebagai pengguna
kekerasan dan teroris apalagi telah terjadi Bom Bali yang mayoritas korbannya
orang Australia.
b.
Tempat Pendidikan
Di
Brisbone didirikan “Quesland Islamic Society” untuk menyadarkan anak-anak
muslim mendirikan shalat dan meningkatkan silaturahmi. Pelajarnya berasal dari
Indonesia, India, Pakistan, Turki, Afrika, Lebanon dan Australia sendiri.
Kemudian di Goulbourn didirikan “Goulbourn College of Advanced Education” yakni
pendidikan guru yang telah melahirkan sarjana muda, sarjana lengkap master.
Tokoh Goulbourn College antara lain Dr. El-Erian (pelarian dari Mesir ketika
Gamal Abdul Nasser berkuasa).
Sedangkan menurut
Abdullah Saeed, guru besar dan Direktur Centre for the Study Contemporary
Islam, Universitas Melbourne, dalam bukunya Islam in Australia
(2003), di seluruh Australia terdapat 23 sekolah Islam; 16 di antaranya adalah
'Islamic college', yang pada dasarnya merupakan pendidikan prauniversitas.
Dalam percakapan dengan saya, Saeed menjelaskan, semua sekolah Islam ini telah
terakreditasi dan diakui Pemerintah Australia. Dan karena itu, dalam satu dan
lain hal, sekolah-sekolah ini mendapat subsidi dari Pemerintah Australia.
Di
antara sekolah-sekolah Islam tersebut, yang paling populer adalah King Khalid
Islamic College (berdiri 1983) dan Minaret College (1993), keduanya berada di
Melbourne. Kedua sekolah Islam ini seperti juga sekolah-sekolah Islam umumnya
didirikan dan dikelola para migran Muslim di Australia dengan juga melibatkan
tokoh-tokoh Muslim di luar Australia.
King
Khalid Islamic College dan Minaret College memiliki prestasi yang cukup baik.
Karena itulah para muridnya tidak hanya anak-anak kaum imigran Muslim, tetapi
juga datang dari luar Australia, seperti Indonesia. Karena pembiayaan kedua
sekolah ini cukup mahal bahkan untuk ukuran rata-rata Australia maka
kelihatannya hanya anak-anak dari keluarga kelas menengah yang bisa memasuki
sekolah ini.
Semua
sekolah Islam tersebut pada dasarnya sudah menerapkan kurikulum negara bagian
sesuai dengan standar nasional dalam mata pelajaran-mata pelajaran umum. Dengan
demikian, mereka mendapatkan akreditasi dari badan akreditasi, dan selanjutnya
berhak menerima subsidi dari pemerintah. Permasalahan yang ada pada sekolah ini
adalah berbagai mata pelajaran agama (Islam) tidak memiliki kurikulum dan standar
baku. Tidak ada otoritas di kalangan Muslim Australia yang merumuskan kurikulum
mata pelajaran agama. Hasilnya, masing-masing merumuskan sendiri kurikulum
berbagai mata pelajaran agama.
Bisa
diduga, masing-masing merumuskan dan memberlakukan kurikulum sesuai pemahaman
keagamaan dan kecenderungan ideologis pemilik atau pengelola sekolah. Hal
inilah yang dikhawatirkan pemerintahan PM John Howard. Dengan ketiadaan standar
kurikulum mata pelajaran agama, mereka mengkhawatirkan para pemilik, pengola,
dan guru-guru agama akan mengajarkan atau bahkan mengindoktrinasi murid-murid
dengan pemahaman keislaman yang literal dan sempit, yang tidak sesuai dengan
realitas Australia yang multiagama dan multikultural.
Abdullah
Saeed melihat ketiadaan standar kurikulum mata pelajaran agama pada
sekolah-sekolah Islam Australia sebagai 'total mess', kekacauan total, yang
harus segera dibenahi. Jika tidak sekolah-sekolah Islam, bukan hanya bisa
mengalami penghapusan subsidi, bahkan boleh jadi tidak bisa bertahan.
Menghadapi perkembangan yang tidak menguntungkan itu, maka pengarusutamaan (mainstreaming)
sekolah-sekolah Islam Australia, hemat saya, merupakan hal yang tak bisa
dielakkan.
c.
Organisasi Islam
Banyak organisasi Islam yang terbentuk di Australia,
diantaranya adalah: Organisasi Islam
Australian Federation of Islamic Councils
(AFIC) adalah himpunan dewan-dewan Islam Australia berpusat di Sydney. Federation
of Islamic Societies adalah
Himpunan masyarakat muslim, terdiri atas 35 organisasi masyarakat muslim lokal
dan 9 dewan Islam negara-negara bagian. Moslem Student
Asociation adalah himpunan mahasiswa muslim
yang menerbitkan majalah “Al-Manaar” berbahasa Arab, Australia dan Mimaret
(berbahasa Inggris) Moslem Women’s Center (pusat wanita Islam) yang
bertujuan memberikan pelajaran keislaman dan pelajaran bahasa Inggris bagi kaum
muslimin yang baru datang ke Australia sedang bahasa Inggrisnya kurang lancar.
d.
Sosial Budaya
Muslim
Australia memilih mendirikan Museum Islam di Melbourne untuk memperkenalkan
Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Museum Islam ini, bagi OKI (Organisasi
Konferensi Islam), sangat penting, sebagai jembatan budaya, serta memberi
dukungan perkembangan Islam bagi masyarakat Australia dan warga muslim di sana
secara khusus. “Museum ini akan meningkatkan pemahaman Australia tentang Islam
dan membantu membangun jembatan komunikasi yang lebih baik,” ujar Sekretaris
Jenderal OKI, Ekmeleddin Ihsanoglu. Rencananya, museum yang direncanakan
pembangunannya akan memakan biaya hingga 8 juta dolar AS ini akan dibuka 2014. Menurut
Ihsanoglu, seperti yang dilansir hurriyetdaily, Senin (20/2), peradaban Islam
telah memberikan kontribusi terhadap peradaban lain, terutama dalam seni dan
budaya. Seni dan budaya Islam sangat kaya dan beragam di seluruh dunia, dengan
berdasar pada prinsip-prinsip toleransi dan perdamaian. Maka tidak berlebihan
bila semua itu diabadikan dalam Museum Islam. Ini tidak hanya memberikan informasi
dan edukasi kepada umat muslim khususnya, namun juga non-muslim pada umumnya.
Muslim
Australia heterogen secara kesukuan dan bahasa. Yang terbesar adalah kelompok
etnis Libanon, Turki, dan Arab Afghan. Perbedaan suku dan bahasa mempunyai
perbedaan historis yang mempengaruhi inisiatif masyarakat, organisasi dan
jamaahnya. Akibatnya, masing-masing kelompok etnis cenderung condong ke arah
perbedaan masjid atau organisasi etnis yang jelas.Tetapi banyak umat Islam
Australia yang telah mencoba menjembatani etnis yang terbagi. Ironisnya,
penggunaan bahasa Inggris telah menjadi ukuran yang paling efektif untuk
menyatukan umat Islam dari berbagai latar belakang etnis dan linguistik. Integrasi
Muslim di Australia menghadapi sejumlah tantangan. Beberapa tantangan itu
bersifat struktural dan terkait dengan kemampuan Muslim Australia untuk
berpartisipasi secara efektif dalam kegiatan ekonomi yang bermanfaat, sering
merupakan hal yang sulit bagi para pendatang baru yang baru saja tiba.
Tantangan lain lebih subyektif dan terkait dengan hambatan politik dan budaya.
e.
Keagamaan
Setelah
Perang Dunia kedua (1939-1945) jumlah umat Islam di Australia meningkat dengan
cepat. Jumlah warga Muslim antara tahun 1947 -1971 dari 2.704 menjadi 22.331. Hal
ini terkadi akibat ledakan ekonomi sehingga membuka lapangan baru. Banyak
muslim dari Eropa terutama dari Turki, Bosnia dan
Kosovo berimigrasi ke Australia, Muslim Australia sangat majemuk, berdasarkan
sensus tahun 2006 berjumlah 340.000 orang dari jumlah ini yang lahir di
Australia sekitar 128.904 orang. Selain itu terdapat migran muslim dari
Libanon, Afganistan, Irak, Pakistan,
Bangladesh dan Indonesia. Dalam dasawarsa terakhir muslim imigran melalui
program pengungsi atau kemanusiaan dari Afrika seperti Somalia dan Sudan. Masyarakat
Muslim di Australia terpusat di kota Sydney dan Melbourne, mereka
banyak membangun mesjid dan sekolah Islam dan memberikan sumbangan sehingga
merendra multibudaya dan etnik di Australia.
Apabila menghadapi masalah sulitnya melaksanakan Shalat Jum’at,
muslim yang taat memilih keluar dari tempat kerja atau mengorganisasi beberapa
muslim yang berdekatan tempat kerjanya untuk melaksanakan shalat Jum’at,
sedangkan muslim yang kurang taat melaksanakan ibadahnya memilih meninggalkan
shalat Jum’at. Kegiatan keagamaan di Australia cukup semarak, hal ini bias
dilihat dari banyaknya majelis taklim atau kelompok-kelompok pengajian yang
ada, bahkan beberapa gerakan Islam cukup aktif terlihat melakukan berbagai
aktifitas.
Secara
umum hubungan Muslim dan non-Muslim di Australia cukup baik, terutama sebelum
terjadi peristiwa 11 September. Tetapi setelah peristiwa 11 September, bom Bali,
kemudian disusul bom London banyak Muslim yang mendapat perlakuan kurang
menyenangkan baik oleh masyarakat umum maupun oleh pemerintah dan media massa.
Namun demikian hubungan personal antara Muslim dan non-Muslim
masih cukup baik, meskipun terkadang sebutan teroris baik dalam nada bercanda
maupun serius sering dilontarkan non-Muslim kepada Muslim, sebutan atau label
teroris ini terkadang kurang menyenangkan bagi Muslim. Secara umum harapan
Muslim yang tinggal di Australia adalah bisa lebih mudah menjalankan aktifitas
ibadahnya terutama ibadah shalat Jumat, sedangkan harapan yang ditujukan kepada
pemerintah Australia dan media massa adalah tidak terus menerus menyudutkan
Muslim dengan memberi label-label yang tidak menyenangkan seperti ekstrimis,
radikal, teroris dan sebagainya.
f.
Kontribusi Komunitas Islam
di Australia
Menurut
catatan, kaum muslimin di negara Australia ikut berperan membantu menaklukkan
pedalaman Australia yang semua belum tersentuh manusia. Di tahun 1800-an, kala
itu, lebih dari 2000 pengendara dan 15.000 armada unta secara khusus
didatangkan dari Afghanistan, India utara dan Pakistan. Unta-unta ini
didatangkan guna mempercepat eksplorasi di bagian pedalaman Australia yang
semula belum terpetakan dan terjamah manusia. Sebagian besar yang ikut berperan
dalam eksplorasi pengembangan wilayah itu adalah kaum muslimin. Sumbangsih
penting kaum Muslim yang lain terhadap Australia modern adalah pembangunan
skema Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Snowy Mountains di New South
Wales.
Walaupun
Muslim di Australia masih sering mengalami perlakuan tidak adil, Muslim di Negara
Kanguru ini sudah banyak memberikan sumbangan pikiran dan tenaga untuk kemajuan
negeri tersebut. Bahkan sejak pertama kali
Australia ini dideklarasikan sebagai sebuah Negara, Muslim sudah memberikan
sumbangan yang sangat banyak bagi kemajuan negera yang masih baru ini. Namun,
kontribusi Muslim ini seringkali dilupakan bahkan tidak tercatat dengan detail
di dalam buku-buku sejarah Australia. Hampir semua kontribusi orang-orang Islam
terlupakan dan dilupakan di Australia, sehingga Muslim masih menempati posisi sebagai
warga Negara kelas dua bahkan menjadi warga Negara yang kurang diperhitungkan
di Australia.
g.
Sain Teknologi
Australia
merupakan termasuk Negara maju di mana dalam perekonomiannya mengandalkan hasil
produksi perindustrian, pertambangan, perdagangan, dan Jasa. Penguasaan sain
dan teknologi di Negara ini dapat disejajarkan dengan Negara-negara maju di
Eropa, Amerika Serikat dan Jepang. Kemajuan sain teknologi ini tentu saja
berimbas pada kaum Muslimin Australia, mayoritas kaum Muslimin Australia para imigran
sehingga yang bergelut dalan sain teknologi baru sebatas sebagi pekerja
diberbagai bidang perindustrian dan pertambangan. Meskipun demikian adanya
secercah harapan bagi generasi Kaum Muslim Australia dapat belajar dan
memperoleh pengetahuan sain teknologi di berbagai lembaga pendidikan yang
tersebar di seluruh Negara bagian Australia. Sain dan teknologi telah menjadi
kehidupan keseharian warga Australia dengan kondisi demikan membawa pengaruh
yang sangat besar dan terbuka bagi kaum Muslimin di Australia untuk belajar dan
berkembang dalam penguasaan sain teknologi.
C. KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dipaparkan tersebut
dapat disimpulkan bahwa:
1. Perkembangan Islam di Austrlia cukup pesat
2. Para Imigran Muslim berpusat di Sidney dan Melbourne
3. Kebebasan beragama dijamin oleh undang-undang, dan juga toleransi
antar umat beragama cukup tinggi
4. Muslim Australia mengoptimalkan bekas bangunan gereja untuk
dijadikan pusat dakwah dan masjid. Sebab tidak mungkin membangun bangunan baru
lantaran izinnya sulit, apalagi izin lingkungan
5. Muslim Australia mempunyai 85 Masjid dan sekitar 50 mushalla
6. Di seluruh Australia terdapat 23 sekolah Islam; 16 di antaranya
adalah 'Islamic college'
7. Banyak terbentuk organisasi Islam dengan berbagai fungsinya
8. Muslim Australia memilih mendirikan Museum Islam di Melbourne untuk
memperkenalkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin
9. Kontribusi komunitas Muslim diantaranya membantu
menaklukkan pedalaman Australia yang semua belum tersentuh manusia, pembangunan
skema Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Snowy Mountains di New South
Wales
10. Kesempatan yang sangat terbuka bagi Umat Islam di Australia untuk
mempelajari sain teknologi, mengingat Australia merupakan negara maju
DAFTAR PUSTAKA