Selasa, 17 Desember 2013

SEJARAH PERADABAN ISLAM MODERN DI AUSTRALIA

A.    PENDAHULUAN
Australia merupakan benua yang berdiri dalam satu Negara, artinya satu Negara yang menempati satu benua tidak seperti di benua Asia, Eropa, Afrika maupun benua Amerika yang dihuni oleh  berbagai  bangsa dan Negara. Australia didominasi penduduk kulit putih keturunan Inggris. Penduduknya terbagi dari berbagai etnis yaitu Aborigin sebagai penduduk pribumi, Kulit putih keturunan Eropa, penduduk keturunan Asia baik dari Asia Timur, Asia Tenggara, Asia Barat maupun dari Asia selatan.  Islam mempunyai sejarah yang lama dan beraneka ragam di Australia.
Islam di Australia merupakan kelompok agama terbesar keempat, setelah Kristen (64%), Atheis (18,7%), dan Buddha (2,1%), tidak termasuk 11,2% yang tidak mau menjawab apa keyakinannya. Menurut sensus 2006, sekitar 340.392 orang atau 1.71% dari penduduk Australia adalah Muslim. Menjadi komunitas yang ditetapkan berdasarkan identitas keagamaan, masyarakat Muslim Australia merupakan masyarakat yang paling beragam secara etnis atau secara ras, dengan anggota dari berbagai latar belakang etnis dan ras.
Bentuk Negara Australia adalah persemakmuran dengan  monarki konstitusional (the Commonwealth of Australia) kepala negara dipimpin Gubernur Jenderal mewakili Ratu Inggris dan pemerintahannya berupa sistem parlementer yang dipimpin seorang perdana menteri.
Australia adalah salah satu negeri yang paling berhasil merajut sekian banyak budaya menjadi sebuah masyarakat multibudaya, dibangun di atas landasan demokrasi parlementer, aturan hukum dan perekonomian pasar. Di dalamnya berinteraksi lebih dari 140 suku bangsa dam mencakup seluruh bahasa, budaya, adat istiadat, dan agama terpenting di dunia.


 B.     PEMBAHASAN
1.         Sejarah Masuknya Islam di Australia
Sejarah masuknya Islam ke Australia dimulai dari interaksi pertama kali nelayan yang berasal dari Sulawesi Selatan (Indonesia) dengan penduduk asli di bagian Utara Australia (Aborigin) pada sekitar tahun 1600.Nelayan dan pedagang Makassar tiba dipeisisr utara Australia Barat, Autralia Utara dan Queensland, orang Makassar berdagang dengan penduduk Asli yaitu Aborigin, dan mencari teripang. Bukti-buki dari kunjungan awal ini dapat ditemukan pada kesamaan beberapa kata  bahasa Makassar dengan orang Aborigin, perkawinan antara Penduduk asli dan orang Makassar pernah terjadi dan lokasi pemakaman orang-orang Makassar ditemukan disekitar pesisir pantai. Tidak banyak jumlah Muslim yang tinggal di Australia saat itu, sampai pada sekitar tahun 1860 serombongan penggembala onta berasal dari Afganistan datang ke Australia menambah jumlah Muslim yang tinggal di Australia. Menurut Prof. Regina Ganter pakar keislaman di Australia dan dosen Sejarah Universitas Griffith, Kehadiran Islam di Australia terbukti jauh lebih awal dari tahun 1850-an, seperti yang selama ini menjadi “sejarah resmi” kedatangan agama Islam, dan eksistensinya tidak dapat dilepaskan dari orang Indonesia asal Makassar, Sulawesi Selatan. Menurut Dr. Mohamad Abdala Direkur Unit Kajian Islam Di Universitas Griffith (GIRU) Brisbane,Queensland Australia, tentang hubungan antara orang-orang Makassar dan masyarakat Aborigin telah terjadi sejak tahun 1600-an, “Jadi kehadiran Islam di Australia jauh lebih awal.
Setelah Perang Dunia II, eskalasi kedatangan pengungsi Muslim ke Australia makin terbuka lebar. Antara 1967 dan 1971, sekitar 10.000 orang Turki tinggal di Australia di bawah perjanjian antara Australia dan Turki. Ini adalah komunitas Muslim pertama asal Timur Tengah di Australia. Hampir semua orang pergi ke Melbourne dan Sydney ketika itu. Dari tahun 1970-an dan seterusnya, ada pergeseran yang signifikan dalam sikap pemerintah terhadap imigrasi. Pemerintah Australia menjadi lebih akomodatif dan toleran terhadap perbedaan agama dengan mengadopsi kebijakan multikulturalisme.
Sehingga agama Islam memasuki Australia selanjutnya dibawa oleh kaum imigran Muslim setelah Perang Dunia I dan II. Walaupun umat Islam di Australia merupakan minoritas, tetapai tersebar ke berbagai negara bagian Benua Australia. Mereka melakukan berbagai kegiatan yang islami, seperti beribadah, berdakwah, dan usaha-usaha pendidikan Islam. Hal itu ditandai dengan adanya masjid-masjid dan organisasi Islam yang bertaraf nasional, yaitu Australian Federation of Islamic Council. Di negara Federal Australia, kebebasan beragama dijamin oleh undang-undang, dan juga toleransi antar umat beragama cukup tinggi.
Dari tahun ke tahun Muslim di Australia terus bertambah, baik melalui jalur imigrasi maupun dari pertambahan angka kelahiran di komunitas Muslim. Muslim di Australia berasal dari berbagai etnis dan bangsa, namun jumlah Muslim terbanyak berasal dari Libanon kemudian diikuti oleh Turki. Muslim di Australia juga banyak yang berasal dari Timur Tengah, Asia dan juga Asia Tenggara. Dikarenakan Muslim di Australia sangat heterogen, hampir semua Muslim membangun komunitas sesuai dengan etnis masing-masing. Pada masa awal kedatangan Muslim di Autralia, orang Islam cendrung membentuk perkumpulan dengan semua Muslim terlepas dari etnis dan asal usul kewarga negaraannya; bond of Muslim botherhood dikarenakan satu agama sugguh sangat terasa dan kental. Namun, ketika Muslim semakin bertambah, identitas Muslim kolektif ini beregeser menjadi identitas individu berdasarkan etnik masing-masing. Seiring dengan terjadinya pergeseran tersebut, muncullah masjid-masjid berbasis etnis (ethnic based mosques and community centres) di seantero Australia. Imigran Muslim yang berasal dari berbagai Negara banyak terpusat di dua kota besar, yaitu Melbourne dan Sydney. Kota ini menjadi pilihan umat Islam karena Muslim minoritas lebih mudah mendapatkan lowongan pekerjaan.

2.         Peradaban Islam
Meskipun pada awal abad kedua puluh, Muslim keturunan non-Eropa sempat mengalami kesulitan untuk beremigrasi ke Australia karena kebijakan. Dikenal sebagai White Policy, politisi era itu mengklaim bahwa imigran non-kulit putih akan menyebabkan ketidakharmonisan sosial.
Namun awal abad kedua puluh satu, penduduk Muslim lebih dari enam puluh negara telah menetap di Australia. Sementara jumlah yang sangat besar dari mereka berasal dari Turki, Bosnia, Lebanon, Indonesia, Iran, Fiji, Albania, Sudan, Mesir, Palestina, Irak, Afghanistan, Pakistan dan India. Dan pada dasarnya perkembangan syiar Islam di Australia lebih baik ketimbang di Eropa atau Amerika. "Mereka tidak mengalami diskriminasi berlebih. Boleh dibilang diterima dengan baik," papar Ketua PP Muhammadiyah, Prof. Yunahar Ilyas yang sempat berkunjung ke sejumlah kota di Australia (Republika.co.id, Kamis (15/9)). Muslim Australia mengoptimalkan bekas bangunan gereja untuk dijadikan pusat dakwah dan masjid. Sebab tidak mungkin membangun bangunan baru lantaran izinnya sulit, apalagi izin lingkungan. "Izin lingkungan itu paling berat. Dimana pun kalau posisi Muslim sebagai minoritas," katanya.
Seiring dengan bergesernya peta politik dunia, Muslim dipandang skeptis oleh negara-negara Barat. Muslim pada umumnya sudah menjadi topik pembicaraan dalam berbagai forum, dan dianggap sebagai “musuh bersama”. Kalau sebelumnya ide komunisme dianggap sebagai musuh bersama manusia, sekarang Islam dan Muslim seolah-olah sudah dinobatkan menjadi musuh bersama. Apalagi isu terorisme yang dilakukan oleh sebagian Muslim dijadikan justifikasi untuk mendeklarasikan bahwa Islam adalah sebuah kekuatan yang sangat berbahaya bagi kemanusiaan. Isu-isu yang cendrung menyudutkan Muslim itu menjadi tantangan bagi Muslim yang tinggal di Negara yang mayoritas bukan Muslim seperti Australia. Oleh karena itu, tidak diherankan kalau Muslim di Australia mendapatkan perlakuan diskriminatif dari banyak kelompok dan seolah-olah menjadi momok bagi kedamaiaan dunia.
Akan tetapi hal itu dapat diselesaikan oleh pemerintah yang menjembatani hubungan antar komunitas Muslim dan non-Muslim, Pemerintah Australia mengeluarkan keputusan untuk menata dan memperbaiki  kampanye tentang kesalahpahaman masyarakat Australia mengenai perempuan Muslim, setelah kontroversi di Eropa tentang pelarang pemakaian jilbab, adapun kampanye akan mencakup bidang pendidikan Islam.
Menurut"Adelaide News" Australia memberitakan bahwa Kampanye pendidikan akan ditargetkan untuk sekolah, pekerja, lembaga-lembaga dan kantor pemerintahan, Pemerintah telah membentuk sebuah kelompok kerja khusus untuk mengelola kampanye ini  sebagai tanggapan terhadap laporan tentang deskriminasi terhadap perempuan muslim.
Hisham Mousthafa, anggota komite eksekutif Islamic Council of Victoria, juga mengakui adanya berita yang bias tentang Islam dan komunitas Muslim yang kemudian memunculkan pandangan yang tak bersahabat terhadap Islam. Guna mengimbangi berita-berita bias tersebut. Komunitas muslim Australia membuat surat kabar bulanan yang isinya banyak menjelaskan tentang Islam dan sikap umat Islam terhadap suatu masalah atau peristiwa.
Selain bercerita tentang kerukunan beragama di Australia, tak lupa delegasi juga bercerita tentang peran umat islam khususnya perempuan muslim di Australia. Perkembangan yang terjadi cukup dibanggakan dimana umat Islam dan perempuan Muslim mulai diterima dan memiliki peran yang cukup strategis di negara itu.
Seorang tokoh Muslim, Tamer Galil, mengatakan kehidupan umat Islam di Australia semakin baik. Umat Islam bisa menjalankan ibadahnya seperti umat pemeluk agama lainnya tanpa khawatir adanya gangguan dari pihak lain. Menurutnya, masyarakat beragama di Australia mulai belajar menjaga kerukunan. Sebagai contoh, sejumlah peristiwa yang dikaitkan dengan Islam, pernah menimbulkan kecurigaan terhadap komunitas Muslim. Namun, komunitas Muslim di Australia memberikan penjelasan mengenai posisi Muslim atas peristiwa itu.
Adapun bentu-bentuk peradaban Islam di Australia di antaranya yaitu:
a.    Pembangunan Masjid
Muslim Australia mempunyai 85 Masjid dan sekitar 50 mushalla. Alan Carpenter menyebut masjid pertama yang dibangun di Australia berada di Perth, yang didirikan tahun 1905 untuk menampung jamaah Muslim Afghanistan yang bekerja sebagai penunggang unta untuk mengeksplorasi tanah yang memiliki sumber daya alam yang di antaranya berupa padang pasir dan Muslim India yang bekerja sebagai pengusaha. Seiring perkembangan zaman, pendirian masjid-masjid di Australia pada abad 20 cukup menggembirakan, karena dibuat oleh arsitek Australia sendiri, seperti Brisbone tahun 1907 didirikan oleh arsitek Sharif Abosi dan Ismeth Abidin, Tahun 1967 di Quesland didirikan masjid lengkap dengan Islamic Center di bawah pimpinan Fethi Seit Mecca, Tahun 1970 di Mareeba diresmikan masjid yang mampu menampung 300 jamaah dengan imam Haji Abdul Lathif.
Di kota Sarrey Hill dibangun Masjid Raya Faisal bantuan Saudi Arabia, di Sidney dibangun masjid dengan biaya 900.000 dollar AS. Jadi dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan di Australia merupakan hal yang cukup pesat meskipun pertumbuhan Islam sebatas dari para Imigran, sedangkan penduduk kulit putih (Eropa) belum secara signifikan menganut Agama Islam, masih adanya pandangan di kalangan penduduk kulit putih Australia sebagai pengguna kekerasan dan teroris apalagi telah terjadi Bom Bali yang mayoritas korbannya orang Australia.
b.    Tempat Pendidikan
Di Brisbone didirikan “Quesland Islamic Society” untuk menyadarkan anak-anak muslim mendirikan shalat dan meningkatkan silaturahmi. Pelajarnya berasal dari Indonesia, India, Pakistan, Turki, Afrika, Lebanon dan Australia sendiri. Kemudian di Goulbourn didirikan “Goulbourn College of Advanced Education” yakni pendidikan guru yang telah melahirkan sarjana muda, sarjana lengkap master. Tokoh Goulbourn College antara lain Dr. El-Erian (pelarian dari Mesir ketika Gamal Abdul Nasser berkuasa).
Sedangkan menurut Abdullah Saeed, guru besar dan Direktur Centre for the Study Contemporary Islam, Universitas Melbourne, dalam bukunya Islam in Australia (2003), di seluruh Australia terdapat 23 sekolah Islam; 16 di antaranya adalah 'Islamic college', yang pada dasarnya merupakan pendidikan prauniversitas. Dalam percakapan dengan saya, Saeed menjelaskan, semua sekolah Islam ini telah terakreditasi dan diakui Pemerintah Australia. Dan karena itu, dalam satu dan lain hal, sekolah-sekolah ini mendapat subsidi dari Pemerintah Australia.
Di antara sekolah-sekolah Islam tersebut, yang paling populer adalah King Khalid Islamic College (berdiri 1983) dan Minaret College (1993), keduanya berada di Melbourne. Kedua sekolah Islam ini seperti juga sekolah-sekolah Islam umumnya didirikan dan dikelola para migran Muslim di Australia dengan juga melibatkan tokoh-tokoh Muslim di luar Australia.
King Khalid Islamic College dan Minaret College memiliki prestasi yang cukup baik. Karena itulah para muridnya tidak hanya anak-anak kaum imigran Muslim, tetapi juga datang dari luar Australia, seperti Indonesia. Karena pembiayaan kedua sekolah ini cukup mahal bahkan untuk ukuran rata-rata Australia maka kelihatannya hanya anak-anak dari keluarga kelas menengah yang bisa memasuki sekolah ini.
Semua sekolah Islam tersebut pada dasarnya sudah menerapkan kurikulum negara bagian sesuai dengan standar nasional dalam mata pelajaran-mata pelajaran umum. Dengan demikian, mereka mendapatkan akreditasi dari badan akreditasi, dan selanjutnya berhak menerima subsidi dari pemerintah. Permasalahan yang ada pada sekolah ini adalah berbagai mata pelajaran agama (Islam) tidak memiliki kurikulum dan standar baku. Tidak ada otoritas di kalangan Muslim Australia yang merumuskan kurikulum mata pelajaran agama. Hasilnya, masing-masing merumuskan sendiri kurikulum berbagai mata pelajaran agama.
Bisa diduga, masing-masing merumuskan dan memberlakukan kurikulum sesuai pemahaman keagamaan dan kecenderungan ideologis pemilik atau pengelola sekolah. Hal inilah yang dikhawatirkan pemerintahan PM John Howard. Dengan ketiadaan standar kurikulum mata pelajaran agama, mereka mengkhawatirkan para pemilik, pengola, dan guru-guru agama akan mengajarkan atau bahkan mengindoktrinasi murid-murid dengan pemahaman keislaman yang literal dan sempit, yang tidak sesuai dengan realitas Australia yang multiagama dan multikultural.
Abdullah Saeed melihat ketiadaan standar kurikulum mata pelajaran agama pada sekolah-sekolah Islam Australia sebagai 'total mess', kekacauan total, yang harus segera dibenahi. Jika tidak sekolah-sekolah Islam, bukan hanya bisa mengalami penghapusan subsidi, bahkan boleh jadi tidak bisa bertahan. Menghadapi perkembangan yang tidak menguntungkan itu, maka pengarusutamaan (mainstreaming) sekolah-sekolah Islam Australia, hemat saya, merupakan hal yang tak bisa dielakkan.
c.     Organisasi Islam
Banyak organisasi Islam yang terbentuk di Australia, diantaranya adalah: Organisasi Islam Australian Federation of Islamic Councils (AFIC) adalah himpunan dewan-dewan Islam Australia berpusat di Sydney. Federation of Islamic Societies adalah Himpunan masyarakat muslim, terdiri atas 35 organisasi masyarakat muslim lokal dan 9 dewan Islam negara-negara bagian. Moslem Student Asociation adalah himpunan mahasiswa muslim yang menerbitkan majalah “Al-Manaar” berbahasa Arab, Australia dan Mimaret (berbahasa Inggris) Moslem Women’s Center (pusat wanita Islam) yang bertujuan memberikan pelajaran keislaman dan pelajaran bahasa Inggris bagi kaum muslimin yang baru datang ke Australia sedang bahasa Inggrisnya kurang lancar.
d.    Sosial Budaya
Muslim Australia memilih mendirikan Museum Islam di Melbourne untuk memperkenalkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Museum Islam ini, bagi OKI (Organisasi Konferensi Islam), sangat penting, sebagai jembatan budaya, serta memberi dukungan perkembangan Islam bagi masyarakat Australia dan warga muslim di sana secara khusus. “Museum ini akan meningkatkan pemahaman Australia tentang Islam dan membantu membangun jembatan komunikasi yang lebih baik,” ujar Sekretaris Jenderal OKI, Ekmeleddin Ihsanoglu. Rencananya, museum yang direncanakan pembangunannya akan memakan biaya hingga 8 juta dolar AS ini akan dibuka 2014. Menurut Ihsanoglu, seperti yang dilansir hurriyetdaily, Senin (20/2), peradaban Islam telah memberikan kontribusi terhadap peradaban lain, terutama dalam seni dan budaya. Seni dan budaya Islam sangat kaya dan beragam di seluruh dunia, dengan berdasar pada prinsip-prinsip toleransi dan perdamaian. Maka tidak berlebihan bila semua itu diabadikan dalam Museum Islam. Ini tidak hanya memberikan informasi dan edukasi kepada umat muslim khususnya, namun juga non-muslim pada umumnya.
Muslim Australia heterogen secara kesukuan dan bahasa. Yang terbesar adalah kelompok etnis Libanon, Turki, dan Arab Afghan. Perbedaan suku dan bahasa mempunyai perbedaan historis yang mempengaruhi inisiatif masyarakat, organisasi dan jamaahnya. Akibatnya, masing-masing kelompok etnis cenderung condong ke arah perbedaan masjid atau organisasi etnis yang jelas.Tetapi banyak umat Islam Australia yang telah mencoba menjembatani etnis yang terbagi. Ironisnya, penggunaan bahasa Inggris telah menjadi ukuran yang paling efektif untuk menyatukan umat Islam dari berbagai latar belakang etnis dan linguistik. Integrasi Muslim di Australia menghadapi sejumlah tantangan. Beberapa tantangan itu bersifat struktural dan terkait dengan kemampuan Muslim Australia untuk berpartisipasi secara efektif dalam kegiatan ekonomi yang bermanfaat, sering merupakan hal yang sulit bagi para pendatang baru yang baru saja tiba. Tantangan lain lebih subyektif dan terkait dengan hambatan politik dan budaya.
e.     Keagamaan
Setelah Perang Dunia kedua (1939-1945) jumlah umat Islam di Australia meningkat dengan cepat. Jumlah warga Muslim antara tahun 1947 -1971 dari 2.704 menjadi 22.331. Hal ini terkadi akibat ledakan ekonomi sehingga membuka lapangan baru. Banyak muslim dari Eropa terutama dari Turki, Bosnia dan Kosovo berimigrasi ke Australia, Muslim Australia sangat majemuk, berdasarkan sensus tahun 2006 berjumlah 340.000 orang dari jumlah ini yang lahir di Australia sekitar 128.904 orang. Selain itu terdapat migran muslim dari Libanon, Afganistan, Irak, Pakistan, Bangladesh dan Indonesia. Dalam dasawarsa terakhir muslim imigran melalui program pengungsi atau kemanusiaan dari Afrika seperti Somalia dan Sudan. Masyarakat Muslim di Australia terpusat di kota Sydney dan Melbourne, mereka banyak membangun mesjid dan sekolah Islam dan memberikan sumbangan sehingga merendra multibudaya dan etnik di Australia.
Apabila menghadapi masalah sulitnya melaksanakan Shalat Jum’at, muslim yang taat memilih keluar dari tempat kerja atau mengorganisasi beberapa muslim yang berdekatan tempat kerjanya untuk melaksanakan shalat Jum’at, sedangkan muslim yang kurang taat melaksanakan ibadahnya memilih meninggalkan shalat Jum’at. Kegiatan keagamaan di Australia cukup semarak, hal ini bias dilihat dari banyaknya majelis taklim atau kelompok-kelompok pengajian yang ada, bahkan beberapa gerakan Islam cukup aktif terlihat melakukan berbagai aktifitas.
Secara umum hubungan Muslim dan non-Muslim di Australia cukup baik, terutama sebelum terjadi peristiwa 11 September. Tetapi setelah peristiwa 11 September, bom Bali, kemudian disusul bom London banyak Muslim yang mendapat perlakuan kurang menyenangkan baik oleh masyarakat umum maupun oleh pemerintah dan media massa. Namun demikian hubungan personal antara Muslim dan non-Muslim masih cukup baik, meskipun terkadang sebutan teroris baik dalam nada bercanda maupun serius sering dilontarkan non-Muslim kepada Muslim, sebutan atau label teroris ini terkadang kurang menyenangkan bagi Muslim. Secara umum harapan Muslim yang tinggal di Australia adalah bisa lebih mudah menjalankan aktifitas ibadahnya terutama ibadah shalat Jumat, sedangkan harapan yang ditujukan kepada pemerintah Australia dan media massa adalah tidak terus menerus menyudutkan Muslim dengan memberi label-label yang tidak menyenangkan seperti ekstrimis, radikal, teroris dan sebagainya.
f.      Kontribusi Komunitas Islam di Australia
Menurut catatan, kaum muslimin di negara Australia ikut berperan membantu menaklukkan pedalaman Australia yang semua belum tersentuh manusia. Di tahun 1800-an, kala itu, lebih dari 2000 pengendara dan 15.000 armada unta secara khusus didatangkan dari Afghanistan, India utara dan Pakistan. Unta-unta ini didatangkan guna mempercepat eksplorasi di bagian pedalaman Australia yang semula belum terpetakan dan terjamah manusia. Sebagian besar yang ikut berperan dalam eksplorasi pengembangan wilayah itu adalah kaum muslimin. Sumbangsih penting kaum Muslim yang lain terhadap Australia modern adalah pembangunan skema  Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Snowy Mountains di New South Wales.
Walaupun Muslim di Australia masih sering mengalami perlakuan tidak adil, Muslim di Negara Kanguru ini sudah banyak memberikan sumbangan pikiran dan tenaga untuk kemajuan negeri tersebut. Bahkan sejak pertama kali Australia ini dideklarasikan sebagai sebuah Negara, Muslim sudah memberikan sumbangan yang sangat banyak bagi kemajuan negera yang masih baru ini. Namun, kontribusi Muslim ini seringkali dilupakan bahkan tidak tercatat dengan detail di dalam buku-buku sejarah Australia. Hampir semua kontribusi orang-orang Islam terlupakan dan dilupakan di Australia, sehingga Muslim masih menempati posisi sebagai warga Negara kelas dua bahkan menjadi warga Negara yang kurang diperhitungkan di Australia.
g.    Sain Teknologi
Australia merupakan termasuk Negara maju di mana dalam perekonomiannya mengandalkan hasil produksi perindustrian, pertambangan, perdagangan, dan Jasa. Penguasaan sain dan teknologi di Negara ini dapat disejajarkan dengan Negara-negara maju di Eropa, Amerika Serikat dan Jepang. Kemajuan sain teknologi ini tentu saja berimbas pada kaum Muslimin Australia, mayoritas kaum Muslimin Australia para imigran sehingga yang bergelut dalan sain teknologi baru sebatas sebagi pekerja diberbagai bidang perindustrian dan pertambangan. Meskipun demikian adanya secercah harapan bagi generasi Kaum Muslim Australia dapat belajar dan memperoleh pengetahuan sain teknologi di berbagai lembaga pendidikan yang tersebar di seluruh Negara bagian Australia. Sain dan teknologi telah menjadi kehidupan keseharian warga Australia dengan kondisi demikan membawa pengaruh yang sangat besar dan terbuka bagi kaum Muslimin di Australia untuk belajar dan berkembang dalam penguasaan sain teknologi.



C.    KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dipaparkan tersebut dapat disimpulkan bahwa:
1.      Perkembangan Islam di Austrlia cukup pesat
2.      Para Imigran Muslim berpusat di Sidney dan Melbourne
3.      Kebebasan beragama dijamin oleh undang-undang, dan juga toleransi antar umat beragama cukup tinggi
4.      Muslim Australia mengoptimalkan bekas bangunan gereja untuk dijadikan pusat dakwah dan masjid. Sebab tidak mungkin membangun bangunan baru lantaran izinnya sulit, apalagi izin lingkungan
5.      Muslim Australia mempunyai 85 Masjid dan sekitar 50 mushalla
6.      Di seluruh Australia terdapat 23 sekolah Islam; 16 di antaranya adalah 'Islamic college'
7.      Banyak terbentuk organisasi Islam dengan berbagai fungsinya
8.      Muslim Australia memilih mendirikan Museum Islam di Melbourne untuk memperkenalkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin
9.      Kontribusi komunitas Muslim diantaranya membantu menaklukkan pedalaman Australia yang semua belum tersentuh manusia, pembangunan skema  Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Snowy Mountains di New South Wales
10.  Kesempatan yang sangat terbuka bagi Umat Islam di Australia untuk mempelajari sain teknologi, mengingat Australia merupakan negara maju


 DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar