Akhlaq adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari pembahasan dalam Islam disamping aqidah dan ibadah. Ketiga
komponen tersebut saling terkait satu sama lain. Seperti sebah buah pada
umumnya, yang terdiri dari kulit, isi, dan biji. Begitulah kira-kira akhlaq, ibadah,
dan aqidah digambarkan.
Apabila membahas masalah akhlaq, maka
tidak boleh terlepas hubungannya dengan aqidah dan ibadah. Semua tujuan manusia
di dunai selain mencari pahala dari Allah tentunya adalah untuk beribadah dan
membentuk akhlaq. Sebagai contoh adalah shalat. Tujuan shalat adalah untuk
mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Apabila seorang muslim terus
melakukan shalat sementara tidak lepas dari perbuatan keji dan mungkar, sama
seperti pedagang yang terus berdagang tetapi tidak mendapatkan keuntungan
sesuai tujuan (tidak mencapai tujuan). Begitupun dengan puasa, zakat haji dan
ibadah-ibadah yang lainnya. Jadi, semua aktivitas ibadah yang dilakukan oleh
manusia haruslah ada dampak nilai akhlaq dari setiap aktivitas ibadah itu.
Ada satu akhlaq yang sangat mendasar
di dalam Islam, yaitu As-Siddqi (jujur). Lawannya adalah Al-Kadzibu (dusta
atau bohong). Rasulullah bersabda: “Setiap mukmin mungkin saja mempunyai
sikap yang jelek, tetapi yang tidak boleh adalah Al-Kadzibu (bohong) atau
Al-Khianat (khianat). Datang seorang kepada Rasulullah dan berkata: “Ya
Rasulullah, mungkinkah seorang mukmin itu penakut, mungkinkah seorang mukmin
itu bakhil (pelit)?”. Jawab Rasulullah: “mungkin”. Sahabat kembali bertanya:
“Mungkinkah seseorang mukmin Al-Kadzab (berdusta)? Rasulullah menjawab: “Tidak
mungkin” (HR. Ahmad). Dari hadits ini dapat disimpulkan bahwa sifat dasar
yang harus dimiliki seorang mukmin setelah berikrar dua kalimat syahadat adalah
jujur.
Dalam hadits lain, menceritakan ada
seorang yang datang kepada Rasulullah ingin memeluk agama Islam tetapi ia
sangat menyukai berbuat zina. Kemudian Rasulullah memberikan nasihat untuk
tidak berdusta dalam menjalankan ajaran Islam. Persoalan tersebut jika dibawa
kepada seorang psikiater barangkali resepnya akan banyak, akan tetapi
Rasulullah sangat singkat memberikan resepnya, yaitu tidak boleh berdusta
(bohong). Apa hubungan zina dengan bohong? bohong adalah pintunya, jika
pintunya dibuka, maka segala dosa itu akan masuk, tapi jika kebohongan itu
ditutup maka segala dosa tidak akan masuk. Artinya dari seluruh kejahatan yang
kita kerjakan itu akibat kita sering berani berbohong dan berdusta.
Rasulullah Saw bersabda yang
diriwayatkan oleh Aisyah r.a dikatakan bahwa: “Sifat yang dibenci oleh
Rasulullah adalah bohong” (HR. Ahmad). Apabila ada orang yang berbohong
sekali, maka tidak akan hilang dalam ingatan Rasulullah sampai orang itu
bertaubat. Mengapa bohong itu sangat serius? dan jujur sangat penting?. Jujur
adalah pintu kebaikan. Bohong adalah pintu kejahatan. Artinya, kalau yang kita
buka adalah pintu kejujuran, maka yang akan masuk adalah semua kebaikan.
Seballiknya bohong adalah pintu kejahatan, kalau yang dibuka pintu kebohongan
maka yang akan masuk adalah seluruh kejahatan.
Ketika seseorang selalu jujur dan
selalu berusaha untuk jujur, maka akan menjadikan dia selalu jujur. Abu Bakar
disebut sebagai “As-Shidiq” karena Beliau benar-benar orang yang jujur
dan selalu yang pertama jujur kepada kebenaran. Ketika Rasulullah Saw bercerita
tentang Isra’ dan Mi’raj kepada para sahabat, Abu Bakar sahabat yagn pertama
kali membenarkan kejadian tersebut tanpa pernah berfikir tentang kejadian itu
mungkin atau tidak mungkin walaupun secara logika itu tidak mungkin, karena
Rasulullah Saw seorang yang jujur. Maka Beliau menanggapi cerita tersebut
dengan mengatakan “engkau benar ya Rasulullah “.
Kalau kita berusaha jujur dan benar,
Allah akan menjadikan kita orang yang benar. Menjadi orang yang benar tidak
akan nyaman kalau bohong. Rasulullah Saw bersabda: “Wajib bagi kamu berlaku
jujur, sesungguhnya kejujuran akan membawa kamu kepada kebaikan dan kebaikan
akan membawa ke syurga”. Kemudian dilanjutkan, “Dan jauhilah sifat dusta
(bohong). Sesungguhnyua sifat dusta akan membawa kamu kepada kejahatan, dan
perbuatan jahat akan membawa ke neraka” (HR. Bukhori dan Muslim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar