Senin, 26 Agustus 2013

ISLAM DI MALAYSIA

Pendahuluan
Islam sebagai suatu kekuatan yang diperhitungkan di masa pra kolonialisme dan dalam batas tertentu perjuangan kemerdekaan pada abad ke dua puluh, kekuatan dan sumbangan Islam bagi perubahan sosial politik selama ini sering diabaikan, sehingga mucullah pergolakan-pergolakan di dunia Islam, termasuk di Malaysia.
Pada awalnya, Malaysia adalah kerajaan federal di Asia Tenggara yang terletak di semenanjung Malaka dan sebagian Kalimantan Timur yang penduduknya mayoritas Islam dan Islam adalah agama resmi negara, sehingga syariat Islam ditegakkan dengan baik dan benar. Munculnya Islam di Malaysia berkat jasa para pedagang yang mempunyai semangat yang tinggi dalam menyiarkan dan mengembangkan Islam dari Arab melalui Malaka, yang pada saat itu menjadi pusat perdagangan.
Malaysia dewasa ini semakin menunjukkan adanya pluralitas keberagamaan yang dapat memberi perlindungan bagi masyarakat non melayu yang pada umumnya menganut agama non Islam, sehingga mereka hidup berdampingan satu sama lain tanpa banyak menimbulkan gejolak.

Perkembangan Islam di Malaysia
Azyumardi Azra menyatakan bahwa tempat asal datangnya Islam ke Asia Tenggara termasuk di Malaysia, sedikitnya ada tiga teori. Pertama, teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab (Hadramaut). Kedua, Islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar. Ketiga, Islam datang dari Benggali (kini Banglades). Sedangkan mengenai pola penerimaan Islam di Nusantara termasuk di Malaysia dapat kita merujuk pada peryataaan Ahmad M. Sewang bahwa, penerimaan Islam pada beberapa tempat di Nusantara memperlihatkan dua pola yang berbeda. Pertama, Islam diterima terlebih dahulu oleh masyarakat lapisan bawah, kemudian berkembang dan diterima oleh masyarakat lapisan atas atau elite penguasa kerajaan. Kedua, Islam diterima langsung oleh elite penguasa kerajaan, kemudian disosialisasikan dan berkembang ke masyarakat bawah.
Pola pertama melalui jalur perdagangan dan ekonomi yang melibatkan orang dari berbagai etnik dan ras yang berbeda-beda. Di tengah komunitas yang majemuk ini tentu saja terdapat tempat untuk berkumpul dan menghadiri kegiatan perdagangan termasuk merancang strategi penyebaran agama Islam mengikuti jaringan-jaringan empirium yang telah mereka bina sejak lama. Seiring itu pola kedua mulai menyebar melalui pihak penguasa di mana istana sebagai pusat kekuasaan berperan di bidang politik dan penataan kehidupan sosial, dengan dukungan ulama yang terlibat langsung dalam birokrasi pemerintahan, hukum Islam dirumuskan dan diterapkan, kitab sejarah ditulis sebagai landasan legitimasi bagi penguasa Muslim.
Sisa-sisa peninggalan sejarah yang juga membuktikan perkembangan Islam di Malaysia dapat dilihat sesudah abad ke sepuluh, pada abad ke-15 misalnya dan ketika itu Brunei masih bergabung dengan malaysia, salah satu sumber dari Cina menyebutkan ada enam masjid di Malaysia dan ditemukan batu nisan silsilah keturunan raja-raja Brunei. Sultan Brunei ketika itu adalah Abdul Djalil Jabar tahun 1660, isterinya adalah putri sultan Sukadana dari Sambas. Kemudian pada tahun 1852 ada masjid jami dibangun di daerah Kucing, pada tahun 1917 di bangun madrasah di Malaysia yang disebut Madrasah Al-Mursyidah. Fakta-fakta sejarah ini mengindikasikan bahwa Islam di Malaysia terus mengalami perkembangan yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetauan dan pendidikan Islam semakin mengalami kemajuan.
Memasuki awal abad ke-20, bertepatan dengan masa pemerintahan Inggris, urusan-urusan agama dan adat Melayu lokal di Malaysia di bawah koordinasi sultan-sultan dan hal itu diatur melalui sebuah departemen, sebuah dewan ataupun kantor sultan. Setelah tahun 1948, setiap negara bagian dalam federasi Malaysia telah membentuk sebuah departemen urusan agama. Orang-orang muslim di Malaysia juga tunduk pada hukum Islam yang diterapkan sebagai hukum status pribadi, dan tunduk pada yurisdiksi pengadilan agama (mahkamah syariah) yang diketua hakim agama. Bersamaan dengan itu, juga ilmu pengetahuan semakin mengalami perkembangan dengan didirikannya perguruan tinggi Islam dan dibentuk fakultas dan jurusan agama.
Memasuki masa pasca kemerdekaan, jelas sekali bahwa pola perkembangan Islam tetap dipengaruhi oleh pihak penguasa (top down). Sebab, penguasa atau pemerintah Malaysia menjadikan Islam sebagai agama resmi negara. Warisan undang-undang Malaka yang berisi tentang hukum Islam yang berdasarkan konsep Qur’aniy berlaku di Malaysia.
Di samping itu, ada juga undang-undang warisan Kerajaan Pahang diberlakukan di Malaysia yang di dalamnya terdapat sekitar 42 pasal di luar keseluruhan pasal yang berjumlah 68, hampir identik dengan hukum mazhab Syafii. Pelaksanaan undang-undang yang berdasarkan Alquran, dan realisasi hukum Islam yang sejalan dengan paham Syafii di Malaysia sekaligus mengindikasikan bahwa Islam di negara tersebut sudah mengalami perkembangan yang signifikan.
Dengan adanya proses islamisasi di Malaysia yang memainkan peranan penting dalam mengembangkan ajaran Islam adalah ulama atau pedagang dari jazirah Arab yang pada tahun 1980-an Islam di Malaysia mengalami perkembangan dan kebangkitan yang ditandai dengan semaraknya kegiatan dakwah dan kajian Islam oleh kaum intelektual dan menyelenggarakan kegiatan internasional yaitu Musabaqah Tilawatil Al-Qur’an yang selalu diikuti qari’ dan qariah Indonesia. Selain tersebut perkembangan Islam di Malaysia makin bertambah maju dan pesat, dengan bukti banyaknya masjid-masjid yang dibangun, juga terlihat dalam penyelenggaraan jamaah haji yang begitu baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkembangan Islam di Malaysia, tidak banyak mengalami hambatan.
Namun demikian Malaysia yang menganut agama resmi Islam tetap menjamin agama-agama lain dan oleh pemerintah diupayakan menciptakan ketentraman, kedamaian bagi masyarakat walaupun pemegang jabatan adalah pemimpin-pemimpin muslim, tidak berarti Islam dapat dipaksakan oleh semua pihak, sebagai konsekwensi semua masyarakat termasuk non muslim harus menghargai dan menjunjung tingi konstitusi negara kebangsaan Malaysia.

Corak Islam di Malaysia
1.      Sunni Islam
Madzhab Syafi’i merupakan mazhab yang utama di Malaysia. Bentuk ajaran lain dianggap menyimpang di kebanyakan tempat di Malaysia. Walaupun demikian, di sebagian kawasan terpencil, masih ada elemen Shamanism dalam ajaran Islam mereka. Masjid sudah merata di seluruh negara bagian dan suara Azan terdengar dari masjid 5 kali setiap hari.
Kantor-kantor pemerintahan dan swasta ditutup selama dua jam pada hari Jumat untuk menghormati para pekerja yang harus menunaikan sholat Jumat di masjid-masjid. Di sebagian nagara seperti Kelantan, Terengganu dan Kedah, mereka memilih hari Jumaat dan Sabtu sebagai hari libur.

2.      Islam Hadhari
Istilah “Islam Hadhari” atau Islam progresif diperkenalkan oleh Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi, untuk menegaskan peranan utama ilmu pengetahuan dalam Islam. Ketekunan, kejujuran, pendidikan yang baik, serta keterampilan ditempatkan pada posisi yang sejajar. Ia juga menyeru orang-orang Islam untuk menjaga toleransi dan memiliki wawasan yang luas.
Islam Hadhari bertujuan untuk mencapai sepuluh prinsip utama:
a.     Keimanan dan ketaqwaan kepada Ilahi.
b.    Pemerintah yang adil dan amanah
c.     Rakyat berjiwa merdeka.
d.    Penguasaan ilmu pengetahuan.
e.     Pembangunan ekonomi yang seimbang dan komprehensif.
f.     Kehidupan berkualitas.
g.    Pembelaan terhadap kamu minoritas dan wanita
h.    Keutuhan budaya dan moral.
i.      Kelestarian lingkungan hodup
j.      Kekuatan Pertahanan dan Kesatuan.
Abdullah Mohd Zain, Menteri dalam Jabatan Perdana Menteri, berkata bahawa “Beliau menekankan kebijaksanaan, praktik, dan keharmonisan.” Dia menambahkan bahwa “Beliau menggalakkan kesederhanaan tanpa menyimpang dari tuntunan al-Quran dan Sunnah.

Faktor menyebabkan Islam kuat di Malaysia
  1. Karena Islam dijadikan identitas melayu serta dijadikan sebagai agama resmi Negara setelah merdeka dari penjajahan pada tanggal 31 Agustus 1957.
  2. Kebijakan pemerintah setelah berakhirnya konflik antar etnik (1969) tentang masalah ekonomi dengan membuat sistem ekonomi baru yaitu ekonomi berbasis Islam.
  3. Adanya dukungan kuat dari pemerintah. Misalnya sekolah-sekolah agama yang mendapatkan subsidi dari pemerintah. Hal ini dapat dilihat di Islamic College dan National University of Malaysia.
Peradaban Islam di Malaysia
a.       Bidang Ideologi
Secara konstitusinal, Islam menikmati status resmi sebagai agama negara Federasi Malaysia. Seperti di banyak negara muslim lain. Islam telah menjadi ideologi utama kaum oposisi. Pengaruh Islam terhadap penduduk asli Malaysia, yaitu berakar sangat dalam. Sejak mereka membuang kepercayaan animesme dan memeluk Islam selama masa kerajaan Malaka (abad XV), bangsa Melayu tak pernah pindah agama. Barangkali tidak semua mereka itu muslim yang taat, tapi kesetiaan, nilai-nilai, keyakinan dan sentimen Islami selalu hadir dan menembus kebudayaan Melayu serta sistem nilai dalam berbagai tingkat kekentalan. Agama Islam di Malaysia adalah agama negara atau agama resmi di Malaysia. Walau demikian, konstitusi Malaysia juga menjamin bahwa agama-agama lain dapat di amalkan dengan aman dan damai diseluruh Malaysia.
b.      Politik
Khusus dalam bidang politik, kesan pertama tentang pengaruh modernisme ialah sikap pro-kolonalisme, baik di kalangan mereka yang berpendidikan sekuler maupun agama. Di Malaysia, tokoh pertama yang menyerah pada tekanan peradaban barat modern bahkan bekerjasama dengan pemerintah kolonial ialah, Abdullah Munshi (1796-1854). Tidak hanya membantu para penguasa Inggris, Abdullah juga banyak membantu para pendeta dan Misionaris Kristen dalam penerjemahan Injil ke dalam Bahasa Melayu.
Dengan kedudukannya sebagai generasi pertama gerakan modernisasi dengan berani ia mengecam feodalisme sebagaimana tercermin dalam catatan perjalanannya ke Kelantan atas perintah Inggris. Dari kalangan-kalangan pembantu pengawas sekolah-sekolah Melayu, yang bersikap prokolonialisme ialah Muhammad Yusuf Ahmad. Menurutnya kedatangan Inggris diperlukan untuk memerintah negeri tersebut menjaga hak dan kepentingan orang-orang Melayu, dan melatih mereka dalam hal-hal yang tidak diketahui. Sesudah berdirinya badan-badan Melayu semi politik itu, baru muncul “organisasi” politik, yang sebenarnya. Di antara organisasi-organisasi politik awal yang mendukung gagasan nasionalisme konservatif adalah UMNO. Kemudian organisasi-oraganisasi yang anti kolonialisme, seperti KMM, PKMNI, API, dan PRM. Sebenarnya organisasi-organisasi yang berseberangan dengan UMNO tak menolak secara tegas sistem feodalisme. Mereka hanya mengecam secara tak langsung kaum feodal Melayu dan para pendukungnya. Akhirnya, dalam pembahasan tentang pemikiran modernisme dalam politik, barangkali tidak ada unsur yang lebih penting untuk dibicarakan selain aliran sekularisme. Konsep sekularisme merujuk kepada Turki sebagai modelnya dan Mustafa Kamal Attaruk sebagai tokohnya. Kemudian sekularisme ala Turki berkembang di Malaysia, tokoh yang banyak menulis tentang Mustofa Kamal ialah Ahmad bin Ismail.
Dengan kenyataan ini, jelaslah bahwa sekularisme sebagai unsur modernisme memang mendapat lahan subur di Malaysia. Paham tersebut akan semakin bertambah dengan adanya beberapa tokoh dan aktivis Islam yang turut bekerjasama memperkokohnya dari masa ke masa.
c.       Sosial dan Budaya
Dalam bidang sosial, pengaruh modernisme yang terpenting ialah masuknya unsur liberalisme dan feminisme, yang menyentuh emansipasi wanita seperti masalah profesi, busana, pergaulan, dan kepemimpinan.
Pertumbuhan pemikiran liberalisme dan emansipasi wanita di Malaysia dimulai pada awal abad ke-20 melalui majalah al-Iman di Singapura. Dengan tujuan membangkitkan kesadaran kaum wanita, al-Iman membandingkan peranan wanita barat yang berusaha sendiri mencari nafkah, termasuk bekerja berat yang memerlukan kekuatan jasmani. Elemen lembaga Melayu secara keseluruhan sebenarnya tidak menolak kemajuan atau modernitas. Modernitas juga turut meruntuhkan nilai-nilai tradisi Melayu yang sangat menjadi perdebatan di kalangan para ulama’ Malaysia adalah tentang busana dan peranan wanita.
Sepatutnya kita berterima kasih kepada modernitas, tetapi sebaliknya, karena modernitas pulalah beberapa ulama’ terpaksa menggaruk kepala yang tak gatal, karena modernitas telah melampui batas yang ditetapkan oleh Islam. 

d.      Ekonomi
Sejarah pemikiran modernitas dalam ekonomi dari malaysia diawali dengan fenomena materialisme. Memang fenomena ini tidak dapat ditafsirkan sebagai pengaruh Barat. Tetapi dalam konteks ini harus dipandang sebagai pengaruh barat, karena kecenderungan para pendukungnya yang sering memandang dunia barat sebagai Model negara maju dan kaya. Unsur materialisme berjalan seiring dengan kapitalisme yaitu suatu sistem yang mementingkan kelompok kecil kelas pemilik modal.
Ciri kapitalisme yang penting ialah bunga atau riba, di kalangan masyarakat Melayu terdapat beberapa jenis kegiatan yang melibatkan riba. Pertama, berhutang dengan jaminan tanah kepada renternir. Begitu seriusnya masalah ini dapat disaksikan, misalnya pada 1933, dianggarkan jumlah hutang orang Melayu di negeri Melayu bersekutu meningkat hampir $ 4 juta, dan dari jumlah itu sebanyak $ 2, 986,246 adalah hutang melalui agunan tanah simpanan Melayu.
Dalam menghadapi situasi tersebut, tokoh Islam termasuk Sayid Syekh al-Hadi merasa berhutang dan menyalahkan orang Melayu karena tindakan yang merugikan itu. Secara tak langsung, para pemuka itu tidak menyukai kegiatan yang melibatkan satu bentuk paham kerakyatan ala sosialisme. Mereka berpendapat bahwa, masyarakat Melayu makin lama makin miskin.


Daftar Pustaka
Abdul Rahman Haji Abdullah. 1990. Pemikiran Umat Islam Di Nusantara: Sejarah dan Perkembangannya Hingga Abad Ke-19. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
 Azyumardi Azra. 1994. Jaringan Ulama Timur Tengah dan kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Bandung: Mizan.
 Zainah Anwar. 1990. Kebangkitan Islam di Malaysia. Jakarta: LP3ES.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar